
Bab 1 – Perjalanan yang Tak Direncanakan
Selingkuh Dengan Tunangan Sahabat – Cerita Dewasa – Brian mendesah pelan ketika melihat tiket perjalanan dinas di tangannya. Atasan memutuskan ia harus menghadiri seminar bisnis di Bandung, dan anehnya ia tidak sendirian—ada Jessica, rekan kerja yang jarang sekali turun ke lapangan. Perempuan itu terkenal dingin di kantor, selalu fokus dengan laptop dan headset, jarang berinteraksi dengan siapa pun.
“Kayaknya kita bakal jadi partner dadakan,” ucap Jessica saat mereka bertemu di lobi kantor sebelum berangkat.
Brian hanya mengangguk, mencoba menutupi debar di dadanya. Diam-diam, ia memang selalu memperhatikan Jessica. Ada sesuatu pada cara perempuan itu menunduk ketika mengetik, pada caranya sesekali mengibaskan rambut panjangnya, yang selalu berhasil mencuri perhatiannya.
Bab 2 – Hujan di Perjalanan
Perjalanan dengan mobil dinas seharusnya sederhana. Tetapi sore itu hujan turun deras di tol, membuat pandangan terbatas. Sopir akhirnya memutuskan menepi di rest area.
Mereka duduk berdua di café kecil, memesan kopi panas. Hujan deras di luar membuat suasana hangat di dalam terasa lebih intim.
Jessica menatap keluar jendela, matanya kosong. “Aku sebenarnya benci perjalanan kayak gini. Banyak hal yang coba ku lupakan… tetapi malah muncul lagi.”
Brian penasaran, tetapi ia hanya tersenyum tipis. “Kadang justru di jalan kita ketemu hal-hal yang nggak terduga.”
Jessica menoleh, menatapnya sebentar, lalu tersenyum samar. Senyum itu membuat jantung Brian berdetak lebih cepat dari derasnya hujan.
Bab 3 – Selingkuh Dengan Tunangan Sahabat – Rahasia Tersembunyi
Sesampainya di Bandung, mereka check-in di hotel yang sudah dipesan kantor. Resepsionis berkata hanya tersisa satu kamar dengan dua ranjang. Brian ingin protes, tetapi Jessica lebih dulu berkata, “Nggak apa-apa, aku capek. Asal ranjangnya terpisah.”
Malamnya, setelah acara seminar selesai, Brian keluar dari kamar mandi dan mendapati Jessica duduk di balkon kamar, ditemani segelas anggur. Tubuhnya dibalut piyama tipis, cahaya lampu kota memantul di wajahnya.
“Brian,” suaranya tiba-tiba serius, “aku harus jujur. Sebenarnya aku punya tunangan.”
Brian terdiam. Kata-kata itu menamparnya. “Tunangan?”
Namun Jessica mengangguk. “Dia sahabatmu… Raka.”
Dunia Brian seakan runtuh. Raka adalah teman kuliah, orang yang pernah menolongnya di masa sulit. Tapi di balik keterkejutan itu, Brian juga merasa tubuhnya menegang karena kecemburuan yang aneh.
Bab 4 – Selingkuh Dengan Tunangan Sahabat – Godaan yang Sulit Ditolak
Hening menelan mereka cukup lama. Brian ingin marah, tetapi tatapan Jessica justru penuh luka.
“Aku nggak tahu kenapa aku cerita ini,” bisik Jessica. “Mungkin karena aku lelah berpura-pura. Sama Raka, aku nggak pernah merasa… hidup. Tapi sama kamu, aku bahkan bisa bernapas bebas.”
Kata-kata itu menusuk hati Brian. Ia tahu ini salah, tapi ketika Jessica menatapnya dengan mata basah, jarak di antara mereka seakan hilang. Brian meraih bahunya, awalnya hanya untuk menenangkan, tetapi kemudian bibir mereka bertemu.
Ciuman itu pecah dalam sekejap, intens, penuh kerinduan yang mereka sendiri tak mengerti.
Bab 5 – Selingkuh Dengan Tunangan Sahabat – Malam Hotel yang Panas
Ranjang ganda itu tak lagi terasa berarti. Tubuh mereka akhirnya menyatu dalam keheningan malam, hanya ditemani suara hujan di luar jendela. Jessica menggenggam erat seakan takut Brian menghilang. Brian mengecup setiap inci kulitnya, mencoba meyakinkan bahwa ia benar-benar ada di sana.
“Brian…” desah Jessica, suaranya lirih tetapi sarat dengan rasa yang terpendam.
Untuk pertama kali, ia merasa berani melepas semua kendali.
Malam itu panjang, dan mereka berdua tenggelam dalam pelukan yang tak pernah direncanakan.
Bab 6 – Pagi dengan Bayangan Dosa
Pagi datang dengan sinar matahari yang masuk dari celah gorden. Brian terbangun lebih dulu, melihat Jessica masih tertidur di sisinya. Wajahnya tenang, berbeda jauh dari dingin yang biasa ditunjukkan di kantor.
Tetapi rasa bersalah segera menelannya. Raka. Sahabatnya.
Brian bangkit pelan, tapi Jessica membuka mata dan menggenggam tangannya. “Jangan pergi. Belum sekarang.”
“Jes, kita nggak bisa begini terus…”
“Aku tahu. Tapi tolong, biarkan aku merasa hidup, walau cuma sebentar.”
Bab 7 – Pulang dengan Luka
Seminar selesai, mereka kembali ke Jakarta. Hubungan itu jadi rahasia yang hanya mereka tahu. Di kantor, Jessica kembali dingin, sementara Brian berusaha bersikap normal. Tetapi setiap kali pandangan mereka bertemu, ada percikan yang tak bisa ditutupi.
Malam-malam rahasia di hotel lain, di apartemen Jessica, jadi pelarian mereka. Mereka tahu itu berbahaya, tapi tak mampu berhenti.
Bab 8 – Selingkuh Dengan Tunangan Sahabat – Raka Mengetahui
Suatu malam, Raka tiba-tiba mendatangi kantor. Ia ingin menjemput Jessica. Brian hampir tak bisa bernapas saat melihat mereka bersama. Raka merangkul Jessica dengan penuh kebanggaan, sementara Jessica menatap Brian dengan mata yang penuh rasa bersalah.
Setelah Raka pergi, Jessica menghampiri Brian di parkiran. “Aku takut, Brian. Aku nggak bisa terus seperti ini. Tetapi aku juga nggak bisa lepas darimu.”
Brian memejamkan mata, mencoba menahan gejolak di dadanya. “Jes… ini akan menghancurkan kita semua.”
Bab 9 – Pilihan Terakhir
Hari-hari berikutnya penuh ketegangan. Brian mulai menjauh, tetapi Jessica justru semakin mencari. Malam-malam mereka makin liar, seolah ingin menghabiskan waktu sebelum semuanya terungkap.
Suatu malam, setelah segalanya usai, Jessica menangis di dada Brian. “Aku mencintaimu. Tapi aku juga takut kehilangan segalanya.”
Brian hanya bisa memeluknya. “Aku juga, Jes. Tetapi cinta kita berdiri di atas bayangan.”
Bab 10 – Bayangan Rahasia
Akhirnya, Jessica memutuskan pertunangannya dengan Raka. Keputusan itu mengguncang banyak orang, termasuk Brian sendiri. Raka marah, tetapi Jessica memilih jujur: ia tak bisa hidup dalam kebohongan.
Brian tahu hubungan mereka tidak akan mudah. Banyak luka yang tertinggal, banyak rahasia yang akhirnya terbongkar. Tapi ketika ia menggenggam tangan Jessica di malam sunyi, ia tahu satu hal—cinta yang lahir dari bayangan tetaplah cinta.
Mereka melangkah bersama, dengan hati berdebar dan dunia yang mungkin menolak, tetapi untuk pertama kalinya, mereka benar-benar merasa hidup.
Bab 11 – Luka Sahabat
Pertemuan pertama antara Brian dan Raka setelah kabar pertunangan batal adalah sesuatu yang Brian coba hindari. Tetapi takdir terlalu kejam. Raka muncul di kantin kantor, wajahnya kusut, matanya merah.
“Kenapa, Bri?” suaranya bergetar. “Kenapa dia ninggalin aku? Kamu tahu sesuatu?”
Brian menelan ludah. Ingin berbohong, tapi lidahnya kelu. Jessica berdiri di kejauhan, wajahnya pucat, takut rahasia mereka terungkap.
“Aku… nggak tahu, Rak. Mungkin kalian memang nggak ditakdirkan.”
Raka tertawa pahit. “Lucu. Kamu sahabatku, tetapi aku merasa paling nggak kenal kamu sekarang.”
Kata-kata itu menusuk Brian lebih tajam dari pisau.
Bab 12 – Selingkuh Dengan Tunangan Sahabat – Malam Rahasia di Kota Tua
Untuk menenangkan diri, Brian dan Jessica kabur ke Kota Tua suatu malam. Jalanan temaram, bangunan tua memantulkan cahaya lampu jalan.
Jessica menggandeng tangan Brian erat. Setelah itu Jessica berkata “Aku takut, Bri. Takut kalau semua ini sia-sia.”
Brian menatap matanya. “Kita udah terlalu jauh. Aku nggak akan mundur.”
Mereka berciuman di bawah cahaya lampu jalan, di antara bayangan gedung tua yang seakan menyaksikan dosa mereka. Ciuman itu panjang, penuh rasa bersalah tapi juga penuh gairah.
Setelah itu di hotel kecil dekat sana, tubuh mereka kembali menyatu. Setiap sentuhan terasa seperti perlawanan terhadap dunia luar.
Bab 13 – Bisikan di Tengah Malam
Di ranjang sempit hotel itu, Jessica berbaring di sisi Brian, tubuhnya masih berbalut selimut tipis. Nafasnya belum stabil, tapi matanya berbinar.
“Bri, kalau dunia ini cuma milik kita, aku nggak akan pernah takut.”
Brian mengusap rambutnya, mengecup keningnya. “Dunia ini memang kejam. Tetapi di pelukanmu, aku lupa segalanya.”
Jessica tersenyum, lalu tiba-tiba bertanya, “Kalau Raka tahu semua ini… apa kamu siap kehilangan dia?”
Pertanyaan itu menghantam keras. Brian hanya diam, menatap langit-langit. Jawabannya ada, tapi sulit diucapkan.
Bab 14 – Selingkuh Dengan Tunangan Sahabat – Bayangan Terkuak
Hari itu datang lebih cepat dari yang mereka kira. Raka menemukan foto mereka berdua, namun entah bagaimana bisa terabadikan di salah satu malam rahasia.
Brian dipanggilnya ke sebuah kafe. Kemudian Raka melempar ponselnya di meja. “Jelaskan ini.”
Foto itu jelas: Brian dan Jessica bergandengan, sedangkan wajah mereka terlalu dekat untuk disebut sekadar teman.
Brian kehilangan kata. Raka mengepalkan tangan, matanya berkaca-kaca. “Sahabat? Itu yang kamu sebut sahabat?!”
Untuk pertama kali, Brian tak mencoba membela diri. “Aku minta maaf, Rak. Tetapi Aku jatuh cinta padanya dan nggak bisa menghindarinya.”
Raka berdiri, kursi bergeser kasar. “Kamu udah mati buat aku, Bri.”
Bab 15 – Cinta dalam Bayangan
Setelah itu, persahabatan mereka hancur. Raka benar-benar menjauh. Brian terluka, tapi Jessica selalu ada di sisinya.
Malam-malam mereka kini lebih sunyi, tak lagi dihantui rasa bersalah yang sama, tetapi lebih oleh kehilangan. Setiap kali Jessica memeluk Brian, ia tahu cinta itu mahal harganya.
Di balkon apartemen Jessica, mereka berdiri menatap kota. Lampu-lampu berkelip seperti bintang.
“Bri,” suara Jessica pelan, “kita kehilangan banyak hal. Tetapi kalau kamu menyesal, aku bisa pergi.”
Brian menatapnya lama, lalu menggenggam wajahnya. “Aku nggak pernah menyesal. Kalau cinta ini lahir dari bayangan, biarlah. Aku tetap memilihmu.”
Jessica tersenyum, air matanya jatuh. Mereka berciuman lama, dan malam itu menjadi peneguhan: cinta mereka mungkin tak sempurna, tapi nyata.