Kisah Cinta Rahasia Pembantu dan Majikan

pembantu dan majikan

Kisah Cinta Rahasia Pembantu dan Majikan

Bab 1 – Kisah Cinta Pembantu dan Majikan – Rumah yang Menyimpan Rahasia

Di balik pagar besi yang berlumut, berdiri sebuah rumah tua yang seakan menahan napas. Dindingnya retak, namun di dalamnya tersimpan kisah yang tak semua orang boleh tahu. Di sinilah, kisah cinta rahasia pembantu dan majikan itu dimulai.

Lara baru seminggu bekerja di rumah keluarga Wijaya. Suasana rumah itu sunyi, hanya terdengar detak jam tua dan langkah lembut dari lorong panjang. Tetapi sejak malam pertama, ia merasa ada mata yang mengamatinya.

Ia tak tahu, tatapan itu milik Arga, putra tunggal majikannya — pria muda yang jarang bicara, tetapi tatapannya tajam seperti cahaya lilin yang membakar dalam diam.

 

Bab 2 – Kisah Cinta Pembantu dan Majikan  – Tatapan di Balik Jendela

Malam turun perlahan. Setelah itu hujan menitik di jendela, memantulkan cahaya lampu dari ruang tengah. Lara sedang menata meja makan, ketika refleksi wajah Arga tampak di kaca.

“Sudah terbiasa bekerja di sini?” suaranya dalam, lembut, tetapi menggema di kepala Lara.

Ia menunduk. “Sedikit, Mas. Rumah ini besar sekali.”

Arga tersenyum tipis. “Jangan terlalu sering berjalan sendirian malam-malam. Rumah ini punya banyak rahasia.”

Kalimat itu terasa seperti peringatan, tetapi juga undangan. Sejak malam itu, Lara mulai merasakan sesuatu yang sulit dijelaskan — sesuatu antara takut dan penasaran.

Kisah cinta rahasia pembantu dan majikan itu perlahan menyalakan bara di antara dinginnya dinding rumah tua.

 

Bab 3 – Di Antara Cahaya Lilin

Listrik padam malam itu. Lara bergegas menyalakan lilin, tetapi tangannya bergetar. Api kecil menari di udara, dan di baliknya — Arga berdiri, menatap dalam diam.

“Takut gelap?” tanya Arga, setengah berbisik.

“Sedikit.”

“Kadang gelap justru membuat kita melihat yang sebenarnya.”

Suara itu terlalu dekat. Napasnya terasa di kulit, tetapi Lara tak berani berpaling. Lilin di tangannya bergetar, dan nyala kecil itu memantulkan cahaya ke wajah Arga — hangat sekaligus misterius.

Ada sesuatu di antara mereka yang tidak diucapkan, tetapi mulai tumbuh. Di dalam gelap, kisah cinta rahasia pembantu dan majikan itu semakin berani.

 

Bab 4 – Bisikan di Tangga Kayu

Tangga kayu itu berderit setiap kali seseorang melangkah. Lara menunduk, membawa baki minuman ke kamar Ratri, ibu Arga. Tetapi di tengah jalan, suara langkah lain terdengar di belakangnya.

“Lara.”

Ia menoleh, namun Arga sudah berdiri di ujung tangga, setengah tertutup bayangan.

“Aku tidak memanggilmu untuk bekerja malam ini,” katanya perlahan.

Lara menelan ludah, menunduk. “Maaf, Mas. Saya hanya—”

“Tidak perlu minta maaf.” Arga mendekat. “Kau tidak tahu betapa sering aku ingin bicara seperti ini.”

Tangga tua itu seakan menahan napas. Namun hanya suara hujan di luar dan jarak di antara mereka yang semakin memendek. Dalam diam, mereka berdua tahu: batas itu mulai kabur.

 

Bab 5 – Kisah Cinta Pembantu dan Majikan – Api yang Tersulut

Sejak malam di tangga itu, suasana rumah berubah. Lara tak lagi bisa bekerja tanpa merasa diperhatikan. Arga sering muncul tanpa suara, seolah tahu ke mana ia melangkah.

Suatu sore, saat senja merayap di jendela, Arga berkata, “Kalau aku meminta sesuatu darimu… kau akan menolak?”

Lara menatapnya, tak sanggup menjawab. Tatapan mereka bertemu, lama — lebih lama dari yang seharusnya.

Di luar, matahari tenggelam di balik pepohonan, sementara di dalam rumah tua itu, sesuatu perlahan terbakar.
Bukan api lilin, tetapi api dari kisah cinta rahasia pembantu dan majikan yang tak mungkin padam tanpa luka.

Bab 6 – Tatapan yang Tak Terlupakan

Sudah berhari-hari berlalu sejak pertemuan di tangga itu, tetapi bayangan Arga tak pernah lepas dari benak Lara. Setiap langkahnya di rumah tua itu selalu diiringi rasa canggung — antara takut dan rindu yang samar.

Di ruang makan, Arga duduk sambil membaca. Lara menuang teh tanpa berani menatap. Tetapi ketika tangannya tanpa sengaja menyentuh piring di depan Arga, jantungnya berdetak kencang.

“Masih gemetar setiap kali aku di dekatmu?” tanya Arga tenang, tetapi nadanya menusuk lembut.

Lara tak menjawab. Tetapi ia tahu, kisah cinta rahasia pembantu dan majikan itu sudah mulai tumbuh di luar kendali. Tak ada lagi sekat antara perasaan dan larangan — hanya detak jantung yang berpacu di ruang penuh bayangan.

 

Bab 7 – Rahasia di Ruang Belakang

Suatu malam, listrik padam lagi. Lara menyalakan lilin dan melangkah ke dapur, tetapi langkahnya berhenti di depan pintu ruang belakang yang setengah terbuka.

Suara langkah Arga terdengar dari dalam. “Kau belum tidur?” namun dengan suara rendah, nyaris seperti bisikan dari kegelapan.

“Aku ingin memastikan semuanya aman, Mas,” jawab Lara, suaranya nyaris bergetar.

Arga melangkah keluar dari bayangan, berdiri dekat — terlalu dekat. tetapi wajahnya hanya sejengkal dari wajah Lara, cahaya lilin memantulkan gurat matanya yang dalam dan sulit ditebak.

“Rumah ini menyimpan banyak rahasia,” katanya perlahan. “Termasuk rahasiaku sendiri.”

Dan malam itu, kisah cinta rahasia pembantu dan majikan itu semakin sulit disembunyikan di antara cahaya lilin dan suara hujan.

 

Bab 8 – Kisah Cinta Pembantu dan Majikan – Di Bawah Langit yang Turun Hujan

Hujan deras mengguyur halaman. Lara berlari mengambil jemuran, tetapi langkahnya terpeleset di bebatuan basah. Dalam sekejap, tangan kuat menahannya — Arga.

“Pelan,” katanya, menatapnya lama.

Lara mencoba berdiri, tetapi kain bajunya basah, melekat di kulit. Tatapan Arga menurun sejenak, lalu kembali ke wajahnya.

“Aku… seharusnya tidak di sini,” bisik Lara.

“Kadang, yang seharusnya justru hal yang paling benar dirasakan,” jawabnya pelan.

Hujan menjadi saksi. Udara malam membawa aroma tanah dan detak jantung yang berpadu dalam sunyi. Bara itu makin nyata — kisah cinta rahasia pembantu dan majikan kini bukan sekadar cerita terlarang, tetapi kenyataan yang sulit dihindari.

 

Bab 9 – Suara dari Masa Lalu

Keesokan harinya, Ratri — ibu Arga — menemukan sapu tangan Lara di ruang kerja anaknya. Tatapannya tajam, penuh curiga.

“Sejak kapan pembantu masuk ke ruang kerja Arga?” suaranya dingin.

Lara menunduk. “Saya hanya membersihkan, Bu.”

Namun Arga datang tiba-tiba. “Saya yang memintanya.”

Suasana tegang. Ratri diam sesaat, lalu berbalik tanpa berkata apa-apa. Saat pintu tertutup, Lara menatap Arga dengan bingung.

“Kenapa Mas bilang begitu?”

Arga mendekat, menatapnya dalam. “Karena aku tidak ingin kau disalahkan… atau diambil dariku.”

Kalimat itu mengguncang Lara. Dalam hatinya, kisah cinta rahasia pembantu dan majikan itu kini tak lagi sekadar bisikan — tetapi janji berbahaya yang mulai menuntut keberanian.

pembantu dan majikan
pembantu – majikan

Bab 10 – Kisah Cinta Pembantu dan Majikan – Api di Dalam Diri

Malam terakhir bulan itu, rumah tua itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Lara duduk di balkon kecil, menatap langit kelam. Ia tahu, tak mungkin kembali seperti semula.

Arga datang diam-diam, berdiri di belakangnya. “Kau masih ingin pergi setelah semua ini?”

Lara menunduk. “Mungkin itu yang terbaik, Mas.”

“ Tetapi tidak untukku,” jawab Arga, suaranya berat. “Aku tidak akan biarkan kau hilang begitu saja.”

Mereka berdiri di antara cahaya remang, di bawah langit yang tak bersuara. Hujan mulai turun, pelan, seolah ingin menyembunyikan kata-kata yang tak boleh diucapkan.

Malam itu, api yang mereka tahan akhirnya menyala — bukan karena hasrat, tetapi karena perasaan yang tak lagi bisa disangkal.
Dan di dalam rumah tua itu, kisah cinta rahasia pembantu dan majikan berubah menjadi takdir yang sulit dihentikan.

 

Bab 11 – Hujan yang Membawa Kedekatan

Ketika hujan deras mengguyur halaman rumah tua, Lara dan Arga terjebak di ruang servis. Namun air yang menetes dari jendela terbuka, membuat keduanya basah kuyup. Meskipun begitu, suasana itu justru memaksa mereka lebih dekat dari sebelumnya.

“Aku tidak ingin kau kedinginan,” kata Arga sambil menyodorkan mantel hangat. Namun Lara menerima dengan ragu, tetapi senyuman tipisnya tak bisa disembunyikan. Saat mantel menyelimuti tubuhnya, tangan mereka bersentuhan sebentar, cukup untuk membuat jantung Lara berdetak lebih cepat.

Sejak saat itu, setiap percakapan mereka diselimuti ketegangan yang manis. Namun dalam keheningan hujan, kisah cinta rahasia pembantu dan majikan ini terasa semakin nyata, membakar bara yang lama tersembunyi.

 

Bab 12 – Kisah Cinta Pembantu dan Majikan – Cahaya Lilin dan Senyuman

Malam itu, listrik padam lagi. Lara menyalakan lilin di ruang tengah, dan bayangan menari di dinding, menciptakan atmosfer hangat dan misterius. Setelah itu Arga duduk di dekatnya, setengah membungkuk untuk menyalakan lampu kecil di meja.

Mereka saling menatap lama, dan seakan dunia hanya milik mereka berdua. Namun napas yang tersengal, detak jantung yang berpacu, dan senyuman kecil yang tak terucapkan menjadi bahasa baru di antara mereka.

“Kau selalu membuat rumah tua ini terasa berbeda,” bisik Arga.

“Karena aku di sini,” jawab Lara, suaranya nyaris hilang, namun cukup untuk terdengar jelas di telinga Arga.

Dalam cahaya lilin, kedekatan mereka begitu nyata. Kisah cinta rahasia pembantu dan majikan ini tak lagi sekadar perasaan terlarang, tetapi terasa hidup dan tak bisa dibendung.

 

Bab 13 – Di Bawah Langit Senja

Keesokan harinya, senja menutupi halaman belakang rumah tua. Arga dan Lara duduk di bangku kayu, menatap langit yang memerah, sementara udara membawa aroma tanah basah setelah hujan.

“Lara, aku…” Arga berhenti sejenak, menatap dalam mata Lara.

“Apa, Mas?”

“Tidak peduli apa yang orang lain pikirkan. Hanya kau yang penting,” ucapnya, suara lembut namun tegas.

Lara menunduk, pipinya memerah, dan dalam diam mereka saling merasakan detak jantung satu sama lain. Kisah cinta rahasia pembantu dan majikan mereka kini bukan sekadar cerita terlarang, melainkan perasaan yang tak bisa di abaikan.

Bab 14 – Bisikan di Lorong

Malam itu, rumah tua kembali sunyi. Kemudian Lara membawa baki teh untuk Arga, berjalan di lorong panjang yang remang. Namun tanpa di sangka, Arga muncul dari bayangan, berdiri dekat pintu kamar.

“Kau selalu membuat malam di sini terasa hangat,” bisiknya.

“Mas… kita tidak boleh…” Lara menelan ludah, tetapi tak bisa mengalihkan pandangan dari mata Arga yang penuh arti.

“ Tetapi aku tidak peduli,” jawab Arga, menatapnya dengan intens.

Dalam jarak beberapa langkah, kedekatan mereka terasa tanpa kata. Kemudian sentuhan lembut di tangan, napas yang tersengal, dan tatapan yang menahan semua emosi menjadi simfoni baru bagi kisah cinta rahasia pembantu dan majikan ini.

 

Bab 15 – Kisah Cinta Pembantu dan Majikan – Bara yang Tak Pernah Padam

Malam terakhir bulan itu, mereka berdiri di balkon rumah tua. Hujan mulai turun lagi, menimbulkan suara ritmis di atap.

Arga menggenggam tangan Lara dengan lembut. Mereka menatap lampu kota yang redup, kemudian saling menatap satu sama lain.

“Kau tahu, aku tidak bisa melepaskanmu,” bisik Arga.

“Mas… aku juga tidak bisa,” jawab Lara.

Dalam sunyi hujan dan bayangan rumah tua, kedekatan mereka terasa begitu nyata. Setiap detik menjadi penting, setiap sentuhan menjadi bahasa. Bara yang telah lama tersembunyi kini menyala — bukan sekadar keinginan, tetapi perasaan yang tak mungkin padam.

Kisah cinta rahasia pembantu dan majikan ini menemukan tempatnya, bukan dalam kata-kata, tetapi di hati yang terus membara.

 

Author: admin