
Bab 1 – Kantor Lembur: Sunyi di Balik Monitor
Lembur di Kantor – Cerita Dewasa. Lampu neon putih pucat memantul di meja-meja kantor yang sudah kosong. Hampir semua karyawan sudah pulang, hanya tersisa suara dengung AC pendingin ruangan. Joni masih menatap layar monitornya, jemarinya sibuk mengetik laporan yang harus selesai malam ini.
Di sisi ruangan, Novi tampak duduk di meja kerjanya. Rambut hitamnya terurai menutupi sebagian wajah, tubuh mungilnya terlihat lelah tapi tetap anggun. Hanya ada mereka berdua di lantai itu. Sunyi.
“Masih lama, Nov?” tanya Joni sambil melirik.
Novi mendongak, tersenyum tipis. “Kayaknya sih… iya. Kalau nggak lembur, besok pasti kena semprot bos.”
Joni menghela napas. Ia mencoba fokus ke layar, tapi sesekali matanya mencuri pandang ke Novi. Tapi entah kenapa, ada sesuatu di balik sunyi ini yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat.
Bab 2 – Kopi Pahit, Tatapan Manis
Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Novi berdiri dan berjalan ke pantry kecil di sudut kantor. Rok pensil hitam yang ia pakai membentuk lekuk tubuhnya dengan sempurna. Namun Joni tanpa sadar mengikuti gerakannya.
“Jon, mau kopi?” suara lembut Novi memecah hening.
“Boleh. Pahit aja.”
Novi tersenyum, kemudian menuangkan bubuk kopi ke gelas, lalu mengaduknya perlahan. Joni memperhatikan caranya, sederhana tetapi entah mengapa terasa intim. Saat Novi menyodorkan gelas, jari mereka bersentuhan. Sentuhan singkat, tetapi cukup untuk membuat keduanya salah tingkah.
“Thanks,” gumam Joni, mencoba menutupi degup jantungnya.
“Jangan habisin sendirian, aku juga butuh tenaga,” balas Novi dengan lirikan nakal.
Tatapan itu membuat udara semakin berat. Kopi yang pahit berubah manis oleh senyumannya.
Bab 3 – Dekat Tanpa Sadar
Kembali ke meja masing-masing, mereka larut dalam pekerjaan. Namun, semakin larut malam, semakin sering tatapan mereka bertemu. Sesekali Novi berdiri, berjalan ke meja Joni untuk menanyakan detail laporan.
Saat berdiri di samping Joni, aroma parfumnya menyeruak lembut. Wangi bunga bercampur sedikit manis, membuat Joni menelan ludah. Kemudian Novi mencondongkan tubuhnya, menunjuk layar monitor Joni, dan tanpa sengaja lengan mereka bersentuhan.
Degupan itu kemudian kembali hadir.
“Jon, kamu serius ngetik, atau sibuk ngelamunin sesuatu?” tanya Novi dengan nada menggoda.
Joni terkekeh gugup. “Kalau aku bilang aku lagi ngelamunin kamu, gimana?”
Novi terdiam sesaat, setelah itu tersenyum samar. “Hati-hati, kata-kata lembur bisa bikin orang salah paham.”
Bab 4 – Kantor Lembur: Api di Ruang Rapat
Hampir pukul 11 malam. Novi berdiri, menggeliat kecil untuk merilekskan tubuh. “Aku capek banget, Jon. Sebentar ke ruang rapat ya, mau selonjoran.”
Ruang rapat kosong, hanya lampu temaram yang menyala. Kemudian Joni ikut masuk, menutup pintu. Suasana jadi berbeda—lebih intim, lebih berbahaya.
Novi duduk di kursi panjang, menatap Joni. “Gila, kita beneran lembur berdua doang ya. Kayak drama kantor aja.”
“Kalau drama, biasanya ada twist-nya,” sahut Joni sambil mendekat.
Mata mereka bertemu, jarak makin mengecil. Novi menggigit bibir bawahnya, seperti menantang. Lalu, tanpa aba-aba, Joni mendekat dan mencium bibirnya.
Awalnya pelan, ragu. Tetapi ketika Novi membalas, segalanya pecah. Kemudian ciuman itu jadi dalam, panas, penuh rasa yang lama terpendam.
Bab 5 – Kantor Lembur: Malam yang Menjerat
Novi menarik Joni semakin dekat, tubuh mereka saling menempel. “Kamu gila, Jon,” bisiknya di sela ciuman.
“Kalau gila karena kamu, aku rela.”
Rok pensil Novi tersingkap sedikit saat ia duduk di meja rapat. Joni berdiri di antara kakinya, kedua tangannya merayap ke pinggang Novi. Detik itu, segala aturan kantor seolah lenyap.
Napas mereka saling memburu, tangan saling mencari. Novi meremas kemeja Joni, sementara Joni menelusuri punggungnya. Namun setiap detik terasa memabukkan.
“Janji ya… ini cuma kita yang tahu,” ujar Novi dengan suara bergetar.
Setelah itu Joni mengangguk, kemudian kembali melumat bibirnya, menjeratnya dalam pelukan yang semakin dalam.
Bab 6 – Rahasia di Antara Berkas
Setelah beberapa menit, mereka akhirnya kembali ke meja masing-masing. Tetapi rasa itu tak hilang, malah semakin mengikat. Novi mengetik dengan pipi memerah, lalu Joni tersenyum sambil meliriknya.
“Kalau besok orang tahu, gimana?” tanya Novi pelan.
“Tenang. Ini rahasia kita. Cukup kita, Novi.”
Namun, mereka tahu, rahasia itu akan terus menghantui. Setiap kali tumpukan berkas menumpuk, setiap kali lembur datang lagi, bayangan malam ini akan selalu kembali.
Bab 7 – Kantor Lembur: Janji Saat Pagi Tiba
Jam menunjukkan pukul 2 pagi. Laporan akhirnya selesai. Novi menghela napas lega, menutup laptopnya. “Akhirnya selesai juga.”
Kemudian mereka berjalan keluar kantor bersama. Di depan lift, Novi menoleh pada Joni. “Jon, kalau malam ini cuma mimpi, aku nggak mau bangun.”
Namun Joni tersenyum, mengusap pipinya lembut. “Kalau mimpi, aku mau mimpi ini setiap malam.”
Lift terbuka, keduanya masuk. Pintu perlahan menutup, meninggalkan gedung kosong yang masih menyimpan rahasia.
Rahasia sebuah lembur yang berubah menjadi cerita, selain itu ada jejak di hati yang tak akan pernah hilang.
Bab 8 – Kantor Lembur: Godaan Shift Malam
Seminggu kemudian setelah malam lembur itu, suasana kantor terasa berbeda bagi Joni. Setiap kali bertemu Novi, matanya seperti otomatis mencari isyarat, tanda bahwa rahasia mereka masih aman. Novi tampak biasa saja di depan orang lain, tetapi tatapannya sering mengirim pesan samar setiap kali mereka berpapasan.
Suatu malam, mereka kembali ditugaskan lembur. Ruangan kantor kembali sepi. Novi duduk di meja seberang, tangannya sibuk mengetik, namun sesekali ia melempar senyum tipis.
“Jon,” bisiknya lirih, “kamu inget kan apa yang kita lakuin di ruang rapat?”
Joni terdiam sejenak, kemudian tersenyum nakal. “Gimana bisa lupa?”
Novi menggigit bibir, Setelah itu ia berdiri. Ia berjalan pelan ke arah meja Joni, tumit sepatunya terdengar jelas di lantai marmer. Ia berhenti tepat di samping Joni, tangannya berpura-pura menunjuk layar komputer. Dari luar terlihat biasa saja, namun jarinya diam-diam menyentuh tangan Joni. Degup itu kembali hadir, lebih cepat, lebih liar.
Bab 9 – Sentuhan di Balik Monitor
Pekerjaan hampir selesai. Novi menarik napas panjang, setelah itu berdiri. “Aku pegel, Jon. Bisa pijetin sebentar?” katanya sambil menoleh.
Joni berdiri, kemudian berdiri di belakang Novi, dan mulai memijat pundaknya. Novi memejamkan mata, menahan desah yang hampir lolos dari bibirnya. “Hmm… enak banget…,” gumamnya.
“Kalau kamu terus begini, aku susah konsen, Nov,” bisik Joni dekat telinganya.
Setelah itu Novi membuka mata, menoleh dengan senyum nakal. “Emang aku sengaja bikin kamu susah konsen.”
Mereka saling pandang. Detik berikutnya, Novi berdiri, menarik tangan Joni, membawanya ke ruang arsip yang gelap dan jarang dipakai. Begitu pintu tertutup, Novi langsung memeluknya erat.
“Di sini aman,” bisiknya. “Nggak ada CCTV.”
Joni membalas pelukan itu, lebih erat, bibir mereka bertemu. Gelap ruangan hanya menyisakan desah dan napas yang berat. Kemudian Novi menempelkan dahinya di dada Joni. “Aku nggak tau kenapa, tapi setiap sama kamu… aku nggak bisa berhenti.”
Bab 10 – Kantor Lembur: Janji dalam Gelap
Waktu terasa berhenti di ruang arsip itu. Mereka duduk bersandar di antara tumpukan berkas, tangan saling menggenggam. Ciuman dan sentuhan membuat dunia luar seolah lenyap.
“Jon,” suara Novi pelan tapi serius, “kita main api. Kalau ketahuan, karier kita bisa habis.”
Joni mengusap rambutnya, menatap dalam ke matanya. “Aku tau. Tapi aku juga tau… aku nggak bisa lagi berpura-pura kalau aku nggak peduli sama kamu.”
Novi terdiam, kemudian menunduk. Air matanya hampir jatuh, tapi segera ia sembunyikan dengan senyum. “Kamu tau nggak, Joni? Kamu bikin lembur yang biasanya membosankan jadi hal yang paling kutunggu.”
Mereka berpelukan erat, janji terucap tanpa kata: rahasia ini milik mereka berdua, dan hanya akan mereka jaga bersama.
Ketika pagi menjelang, mereka keluar dari ruang arsip dengan wajah biasa, seolah malam itu hanyalah lembur biasa. Tapi di hati mereka, cerita sudah berubah. Kantor lembur bukan lagi sekadar kerja, tapi jejak rahasia cinta yang membakar tanpa henti.